Monday, November 13, 2006

Tips berdakwah

Tips Berda'wah

1. Niat karena Allah semata

Satu hal yang sangat penting dalam berda'wah adalah nawaitu-nya, sebab dalam dunia da'wah juga banyak godaan. Untuk apa dan karena siapa. Tentu saja untuk dan karena Allah semata, bukan karena yang lainnya.

Tidak menutup mata bahwa, seseorang boleh saja mencari populariti, kekayaan atau ingin namanya disebut-sebut orang ketika ia tampil sebagai juru da'wah. Bila tujuannya demikian, itulah awal kegagalan da'wah. Anggota jamaah (mad'u) sebagai objek da'wah tidak akan mendapatkan apa-apa selain celotehan dan pesan da'wah yang hambar. Sebaliknya, bila niat da'wah didasari dengan ketulusan dan keiklasan, insya Allah itu akan memudahkan turunnya hidayah Allah.

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An'aam: 162)

2. Mulai dari diri sendiri

Perilaku seorang da'i sangat berpengaruh terhadap gagal atau suksesnya da'wah. Sebab, seorang da'i adalah tauladan bagi da'wah itu sendiri. Maka, sebelum mengajak orang lain berbuat baik, dirinya harus berbuat baik lebih dulu. Sebelum menyuruh orang lain menjauhi kemunkaran, dirinya mesti meninggalkan kemungkaran dulu.

Seorang da'i, dituntut sama antara ucapan dan perbuatan. Bila seorang da'i malah mengingkari apa-apa yang dikatakan, inilah malapetaka. Kata-katanya tidak bakal mempunyai magnet lagi.

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Kitab? Maka tidakkah kamu berfikir?” (QS. Al Baqarah: 44)

3. Bahasanya menyesuaikan dengan sasaran

Kemampuan objek da'wah mesti menjadi pertimbangan utama, agar da'wah itu efektif. Bicaralah dengan bahasa yang dimengerti oleh obyek da'wah. Berda'wah di kalangan petani, janganlah memakai bahasa mahasiswa, berda'wah di kalangan anak-anak, janganlah menggunakan bahasa orang dewasa. “Janganlah engkau berbicara dengan suatu kaum dengan bahasa yang akal mereka tidak bisa menjangkaunya, kecuali akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka.” (HR. Muslim).

4. Jangan membuat orang lari

Artinya, menghibur atau membuat gembira orang-orang yang diharapkan keislamannya, bukan malah membuat mereka lari dari Islam. Sesuatu itu kalau pada awalnya terasa mudah dan menyenangkan, maka orang akan berminat untuk masuk lebih jauh dan menerima dengan enak. Bahkan seringkali dengan kesadaran sendiri dia akan minta tambah lagi. Berbeza dengan sikap sebaliknya. Rasulullah saw menjelaskan:

“Permudahlah, jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari.” (HR Bukhari).

Kebiasaan mencela objek da'wah, sebaiknya juga dihindari. Siapapun orangnya tidak akan suka bila dicela, meskipun dirinya mengakui salah. Sikap suka mencela itu justru akan mengundang antipati, bukan simpati. Rasulullah sendiri kepalanya pernah ditimpuk dengan batu hingga berdarah, tapi beliau tidak marah. Justeru saat si penjahat itu sakit, beliau datangi di rumahnya.

5.Bahannya tersusun secara sistematis.

Kerapkali bahan da'wah itu tumpang tindih, tidak jelas arahnya. Sebaiknya bahan itu tersusun secara bertahap dan disesuaikan dengan tingkat keimanan objek da'wah. Merujuk pada turunnya ayat-ayat al-Qur'an, mesti dilihat apakah objeknya masih pada periode Mekkah atau Madinah. Pada tahap Mekkah, yang dibicarakan persoalan tauhid. Pada tahap Madinah, yang dibicarakan sudah menyangkut soal-soal kemasyarakatan. Jangan sampai, baru tahap Mekkah diberi ayat-ayat Madinah. Tidak efektif.

Tentang urut-urutan turunnya al-Qur'an itu, kiranya perlu dikaji lebih jauh. Mengapa Allah menurunkan Surat Al-Alaq dulu, baru kemudian al-Qalam, al-Muzamil, Al- Mudatsir dan Al Fatihah. Apakah Allah punya maksud tertentu atau hanya suatu kebetulan? Mungkinkah itu mengisyaratkan cara-cara berda'wah?

0 Komen: